Jumat, 18 Desember 2009

Dicari, 50 Orang Penemu Luar Biasa

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikti Depdiknas) pada 2010 akan 'mencari' sebanyak 50 penemu yang mempunyai temuan - temuan yang berimplikasi luar biasa. Mereka dapat berasal dari pribadi atau lembaga. Kepada 50 terbaik akan diberi hadiah sebanyak Rp 250 juta.

Hal tersebut disampaikan Dirjen Dikti Depdiknas Fasli Jalal saat membuka Seminar Hasil Pelaksanaan Penelitian bagi Peneliti dan Perekayasa Sesuai Prioritas Nasional Tahun 2009 di Hotel Millenium, Jakarta, Selasa (15/12/2009).

"Itu refleksi dari cara kita menghargai orang-orang yang berprestasi luar biasa dan ternyata banyak juga orang Indonesia yang berprestasi luar biasa. Kita saja yang belum mencari dan memberi penghargaan pada mereka," kata Fasli.

Fasli menyampaikan, selama 2009 Depdiknas bekerjasama dengan berbagai departemen telah memberikan hadiah kepada 21 penemu yang layak disebut dengan label inventor. Sementara pada 2010, Fasli mengatakan, selama setahun penuh akan digunakan untuk tahap pengumuman. "Baru tahun 2011 kita berikan (hadiah) di awal - awal di bulan ketiga," ujarnya.

Acara seminar yang berlangsung mulai 15 - 16 Desember 2009 ini mempresentasikan hasil penelitian dari 171 peneliti yang merupakan pemenang dari seleksi hibah penelitian. Fasli menyebutkan, mereka berasal dari berbagai badan penelitian dan pengembangan departemen dan badan - badan di bawah Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) seperti LIPI, BPPT, LAPAN, BATAN, dan Bakosurtanal. Dari 7.900 tim yang terdaftar dan 5.004 tim yang mengajukan penelitian, terpilih sepuluh tim terbaik yang mewakili 25 lembaga.

"Jadi misalnya di Balitbang Departemen Pertanian dari 1.300 peneliti yang terlibat dipilih hanya 10 tim yang mewakili mereka di sini. Kemudian dari LIPI dari 1.111 peneliti terpilih hanya 10 tim yang menyajikan penelitiannya di sini," kata Fasli.

Fasli menyebutkan, para peneliti tersebut menerima dana penelitian sebanyak Rp 50 juta per orang. Para peneliti tersebut juga dapat bergabung dana tim. "Kalau mereka digabung lima orang maka besar (dana) penelitian Rp 250 juta. Total yang sudah kita berikan Rp 290 miliar," ujarnya.

Fasli menyebutkan, rujukan penelitian diantaranya adalah ketahanan pangan, transportasi, dan energi alternatif. Disamping itu, penelitian humaniora, antropologi, good governance, dan transmigrasi.

Pada kesempatan yang sama diluncurkan portal Garuda (Garba Rujukan Digital) beralamat di laman www.garuda.dikti.go.id Portal ini adalah portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia.

Garuda yang mencakup antara lain e-journal domestik, tugas akhir mahasiswa, dan laporan penelitian dikembangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti Depdiknas bekerjasama dengan PDII-LIPI, serta berbagai perguruan tinggi dalam hal penyediaan konten. "Hampir 130.000 macam item yang ada di Garuda," sebut Fasli.

Fasli menyampaikan, portal ini dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi antar peneliti, mengurangi duplikasi penelitian, dan menghindari plagiat. Selanjutnya, kata dia, sesudah sinergi antar peneliti, juga sinergi antara badan - badan milik pemerintah dengan dunia usaha. "Tidak kalah penting adalah bagaimana kita memberi semangat mendorong dan menghargai hasil - hasil (penelitian) ini, sehingga para peneliti kita dukung untuk meneruskan penelitian - penelitian

Tumbuhkan Kesadaran Kolektif Gemar Membaca

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan, urusan pembudayaan membaca tidak bisa diselesaikan hanya dengan undang - undang, tetapi justru harus dikembangkan kesadaran kolektif bagi masyarakat agar gemar membaca.

"Kita itu kekurangan pada kolektivitasnya. Ada orang yang sangat gemar membaca di Indonesia, sangat banyak, tetapi banyaknya itu belum cukup menggerakkan dibandingkan dengan populasi penduduk kita. Paling tidak para pengelola perpusatakaan itu semuanya sudah gemar (membaca), tetapi berapa jumlah orangnya? tidak ada sekian persen dari jumlah populasi. Oleh karena itu, kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif (gemar membaca)," katanya saat membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12/2009).

Mendiknas menyampaikan, untuk menumbuhkan gemar membaca harus menyiapkan pertama adalah bahan bacaan. Kalau itu berupa buku, kata Mendiknas, maka dipengaruhi oleh bentuk fisik dari buku itu. "Kalau bukunya itu sendiri sudah tidak menarik maka jangan berharap orang bisa tertarik untuk membacanya," katanya.

Hal kedua yang harus disiapkan, kata Mendiknas, adalah karakter atau huruf dalam bahan bacaan. Di situ pula, lanjut Mendiknas, tentang pentingnya pemberantasan buta huruf. "Orang tidak mungkin mau membaca kalau dia sendiri tidak mengenal karakter dari apa yang mau dibaca," ujarnya.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, hal yang ketiga, yang sangat substantif, adalah isi dari buku itu sendiri. "Menjadi tantangan bagi para penulis kita termasuk kita semua untuk membiasakan menulis dan isi dari tulisan itu harus bisa memberikan pencerahan dan pencerdasan bagi kita semua," katanya.

Sementara, kata Mendiknas, jika dilihat dari sisi pembaca, seseorang akan gemar membaca adalah bukan karena paksaan. Untuk itu, lanjut Mendiknas, yang tidak boleh dilupakan adalah menumbuhkan ketertarikan. Jika bahan bacaannya menarik maka bukan dari sekedar bahan - bahan yang sudah tersedia lalu seseorang baru mau membaca, tetapi dia akan mencarinya. "Oleh karena itu, kita bangun kesadaran bersama - sama, kita ajak kawan - kawan untuk membiasakan menulis dan menyiapkan bahan bacaan secara atraktif dan menarik," ujarnya.

Mendiknas mengemukakan, selama ini orang salah meletakkan paradigma yang meletakkan perpustakaan sebagai dapur, sehingga tidak perlu dikemas dalam bentuk yang atraktif. Mendiknas menyarankan, agar merombak tampilan perpustakaan mulai dari bangunan, tanpa harus dirobohkan, lalu akrab dengan teknologi, dan update bahan - bahan. "Menunjukkan bahwa perpustakan itu bukan sesuatu yang harus ditaruh di belakang seperti lazimnya sekedar pelengkap penderita, tetapi justru mestinya perpustakaan itu dengan segala rentetannya dia menjadi penjuru, menjadi yang harus di depan untuk memberikan guidance, memberikan bahan - bahan pencerdasan adik - adik dan anak - anak kita," katanya.

Plt Perpustakaan Nasional RI Liliek Sulistyowati mengatakan, diantara ciri masyarakat yang berbudaya baca tinggi adalah besarnya apresiasi mereka terhadap buku, pengarang, dan penulis, di mana terdapat hubungan yang positif antara minat baca, kebiasaan membaca, serta kemampuan membaca dan menulis. "Minat baca yang tinggi akan menimbulkan kebiasaan membaca yang baik, sehingga mempertinggi kemampuan seseorang di dalam membaca dan menulis," katanya.

Liliek mengungkapkan, minat dan kemampuan baca di Indonesia dikatakan masih rendah. Dia menyebutkan, menurut hasil survei yang dilakukan oleh UNESCO dua tahun yang lalu, minat baca masyarakat Indonesia adalah paling rendah di ASEAN, sedangkan survei yang dilakukan terhadap 39 negara - negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-38. "Ada banyak faktor yang menyebabkan budaya atau minat baca masyarakat Indonesia masih rendah antara lain disebabkan oleh sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat pelajar atau mahasiswa harus membaca buku, mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang diajarkan di sekolah," katanya.

Faktor lainnya, kata Liliek, yaitu kurang atau jarangnya guru atau dosen memberikan tugas yang membuat anak didik harus mencari informasi di perpustakaan, serta budaya baca yang tidak pernah diwariskan oleh nenek moyang kita, "Kita lebih terbiasa mendengar orang tua ataupun kakek nenek kita bercerita dan mendongeng ketimbang membacakan buku - buku cerita ataupun bahan bacaan lainnya.

Faktor berikutnya, lanjut Liliek adalah pengaruh budaya dengar, tonton, dan media elektronik yang berkembang pesat. Lalu, kebiasaan para orang tua di rumah tangga belum memotivasi anak-anak untuk gemar membaca ditambah lagi tidak atau kurang tersedianya bahan bacaan yang sesuai dengan usia anak - anak.

Selain beberapa faktor tersebut, Liliek menambahkan, hal lain yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah sebagian besar masyarakat Indonesia menghabiskan waktunya untuk bekerja, sehingga tidak tersedia waktu untuk membaca. "Hanya kalangan tertentu saja yang benar - benar mencurahkan waktu untuk membaca dan atau menulis seperti wartawan, guru, dosen, peneliti dan pustakawan. Itupun dalam jumlah yang terbatas," ujarnya.

Kurang tersedianya buku - buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, sehingga buku masih dianggap sebagai barang mewah juga menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca. Selain itu, kurang tersedianya perpustakaan di tempat-tempat umum yang mudah dijangkau, serta tidak memadai koleksi, fasilitas, dan pelayanan yang ada. Kemudian, tidak meratanya penerbitan buku dan distribusinya ke seluruh pelosok tanah air di indonesia. "Buku - buku terbaru dan bermutu lebih terkonsentrasi di kota - kota besar," kata Liliek.

Duta Baca Indonesia Tantowi Yahya menyampaikan, selain sekolah sebagai institusi yang mengajarkan membaca, peran ibu juga sangat penting. Seorang ibu, kata dia, memiliki waktu jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayah. Anak juga lebih dekat dengan ibu. "Ibu punya kekuatan luar biasa untuk membentuk anak. Kalau ibu menggunakan peranannya dalam konteks memberikan contoh yang baik bagi anaknya, dalam hal ini membaca, Insya Allah anak akan menjadi pembaca. Apa yang dilakuan ibu saya sebagai orang kampung lulusan madrasah adalah dia tidak memaksa saya untuk membaca, tetapi di depan saya dia baca terus. Jadi dia memberikan contoh. Contoh itu yang terlihat dan kemudian terekam di saya seumur hidup saya," katanya.

Kepala Sub Direktorat Kemitraan Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Kasubdit Kemitraan Dit.Dikmas Ditjen PNFI) Depdiknas Pahala Simanjuntak menyampaikan, pemerintah memberikan dukungan bagi taman bacaan masyarakat (TBM) termasuk untuk merintis yang baru. Pahala menyebutkan, ada dua jenis bantuan yang diberikan. Pertama adalah TBM Keaksaraan. Bantuan sebanyak Rp 15 juta diberikan untuk membeli buku-buku yang relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Bantuan yang kedua adalah TBM Penguatan Minat Baca sebanyak Rp 25 juta. "TBM ini untuk mengembangkan minat baca dalam rangka pembudayaan kegemaran membaca. "Seringkali masyarakat kita yang putus sekolah akhirnya terpengaruh oleh hal - hal yang tidak kita inginkan karena tidak adanya wawasan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup

TIK sebagai Bagian Budaya Para Pendidik

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah memasukkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam salah satu program prioritasnya. TIK dianggap memiliki peran besar dalam upaya memperluas akses dan meningkatkan mutu pendidikan. TIK memungkinkan terjadinya proses belajar efektif, menyediakan akses pendidikan untuk semua, memfasilitasi terjadinya proses belajar kapan saja dan di mana saja.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika mengatakan, pemanfaatan TIK hendaknya tidak hanya berkutat pada penyediaan perangkat keras saja. Menurut dia, TIK hendaknya diletakkan sebagai aspek kultur dan budaya para pendidik. "Tantangan terbesar kita bukan pada perangkat keras dan jaringan, tetapi bagaimana budaya TIK menjadi bagian dari para guru kita dalam memberikan proses-proses pembelajaran di kelas - kelas," katanya saat mewakili Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) pada pembukaan International Symposium On Open, Distance, and E-Learning (ISODEL) 2009 di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Rabu (9/12/2009).

Membacakan sambutan tertulis Mendiknas, Dodi menyampaikan, pemanfaatan TIK untuk pendidikan terjadi melalui empat tahapan yaitu konektivitas, transaksi, kolaborasi, dan transformasi. Pemerintah, kata dia, telah dan akan terus memfasilitasi terjadinya konektivitas, salah satunya melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Dia menyebutkan, saat ini Jardiknas telah menghubungkan 25.382 titik yang terdiri atas lebih dari 18.080 sekolah jenjang SD, SMP, SMA/SMK, dan 363 perguruan tinggi, 939 kantor dinas pendidikan di tanah air, serta 6.000 guru. "Ke depan jumlah ini masih akan bertambah," katanya.

Sementara, lanjut Dodi, pada tahap transaksi, pemanfaatan TIK akan memberikan akses dan kemudahan terjadinya pertukaran dan kesempatan berbagi pengetahuan antar berbagai pihak dalam komunitas pendidikan. Kolaborasi merupakan tahapan berikutnya dalam pemanfaatan TIK untuk pendidikan. "Pemanfaatan TIK dalam pendidikan tidak pernah luput dari jaringan kerja sama yang kuat dalam bentuk jejaring atau konsorsium pendidikan yang melibatkan berbagai pihak dan sektor," katanya.

Adapun pada tahap transformasi, Dodi menjelaskan, TIK merupakan pengungkit dari proses transformasi pendidikan menuju pendidikan modern. "TIK membawa beragam perubahan dalam tradisi dan budaya pendidikan yang harus dicermati dengan bijak oleh berbagai pihak yang terlibat," katanya.

Dodi mengatakan, dengan TIK, perguruan tinggi diharapkan dapat bertransformasi menjadi perguruan tinggi kelas dunia, dan sekolah-sekolah menjadi sekolah berstandar internasional yang memiliki daya saing dalam percaturan pendidikan tingkat global. "Keberhasilan proses transformasi budaya pendidikan di tanah air akan tercapai jika TIK tidak ditempatkan sebagai teknologi yang kosong. Untuk itu, diperlukan konten yang mengisi teknologi tersebut, serta sumber daya manusia terutama guru yang terampil memanfaatkan teknologi secara tepat, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai," katanya.

Dodi menambahkan, sejak tahun 2008 Depdiknas telah berkolaborasi dengan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) dalam menyediakan konektivitas untuk sekolah melalui Program Desa Berdering. Sinergi antara program desa berdering dan Jardiknas saling melengkapi. "Program Desa Berdering memperkuat dengan telepon, kami memperkuat sekolah dengan jaringan internetnya, sehingga guru - guru, siswa - siswa, dapat belajar dari internet dibackup oleh Jardiknas. Mudah - mudahan makin sempit desa - desa yang tidak dapat diakses oleh jaringan telekomunikasi. Ini sangat penting, bukan hanya di pendidikan, tetapi berbagai aspek kehidupan seperti hubungan individu, perdagangan transaksi, dan sosial," katanya.

Menjawab pertanyaan wartawan usai acara, Dodi mengatakan, pelaksanaan program TIK yang tertuang pada rencana strategis (Renstra) Depdiknas 2004 - 2009 ini didanai murni dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Di sisi lain, pemerintah terbuka dalam menjalin kerja sama dengan pihak manapun. "Kami tidak sama sekali mengandalkan bantuan luar negeri. Adapun dalam kerja sama kami welcome," ujarnya.

Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Depdiknas Lilik Gani menyampaikan, terkait Program 100 Hari Depdiknas untuk menyediakan konektivitas TIK bagi 17.500 sekolah, per 8 Desember 2009 telah terhubung 17.324 titik. Dia merinci, sebanyak 8.307 jenjang SD, 5.284 SMP, 1.586 MI, dan 2.147 MTs. "Jadi sudah 98,99 persen," katanya.

Lebih lanjut Lilik menyebutkan, jika digabung dengan sebanyak 7.222 titik di jenjang SMA/MA/SMK total yang terkoneksi sebanyak 24.546 titik. "Program 100 Hari hanya untuk SD dan SMP sederajat

Seseorang Dituntut Memiliki Keseimbangan Literasi

Seseorang tidak hanya dituntut untuk memiliki literasi dalam bentuk ekspresi fisik saja. Lebih dari itu, dia dituntut untuk memiliki keseimbagan literasi dalam bentuk kecerdasan mata hati.

"Bisa jadi seseorang itu tidak mampu membaca dan menulis, memahami ilmu - ilmu yang terkodifikasi, tetapi dia mampu memahami hakekat kehidupan. Dia pun juga punya ilmu, hanya saja keaksaraannya tidak dalam bentuk keaksaraan fisikal literasi, tetapi keaksaraannya dalam bentuk ketajaman mata hati," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh pada kegiatan Temu Nasional 'Aksara Membangun Peradaban' di Depdiknas, Jakarta, Selasa, (5/12/2009) malam.

Mendiknas mengatakan, kemampuan membaca dan menulis tetap penting karena dengan kemampuan membaca dan menulis itu berarti seseorang memiliki semakin banyak pintu - pintu untuk memasuki rumah - rumah keilmuan. Namun, lanjut Mendiknas, meminjam istilah penulis dan futurolog Amerika, Alvin Toffler, iliterasi pada abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa learn, unlearn, dan relearn. "Kata dasarnya adalah belajar," ujarnya.

Lebih lanjut, kepada 300 peserta Temu Nasional, Mendiknas menjelaskan, dengan pergeseran membaca dan menulis ke belajar itu maka seseorang tidak lagi terikat dan terbatas pada kemampuan memahami fenomena - fenomena keilmuan yang terkodifikasi saja. "Dia pun juga dituntut untuk bisa memahami keilmuan - keilmuan yang tidak terkodifikasi atau tacit," katanya.

"Saudara - saudara kita yang mungkin bisa jadi mengalami disability di dalam membaca dan menulis karena persoalan fisik, tetapi bisa jadi mereka memiliki ketajaman hati yang jauh lebih tajam dibandingkan dengan kita yang bisa membaca dan menulis karena saudara - saudara kita justru memanfaatkan tacit-nya itu sebagai salah satu pintu masuk ke dalam dunia keilmuannya," kata Mendiknas.

Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Dirjen PNFI) Depdiknas Hamid Muhammad menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya mengevaluasi kinerja gerakan nasional pemberantasan buta aksara sesuai dengan target yang diamanatkan dalam Inpres No.5 Tahun 2006 tentang gerakan nasional percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara (GNP-PWB/PBA) sekaligus dalam rangka sosialisasi hasil - hasil pengembangan pendidikan keaksaraan selama ini.

Hamid menjelaskan, pendidikan keaksaraan adalah komitmen internasional yang tertuang dalam deklarasi Dakkar yang mengamanatkan untuk menurunkan separuh jumlah penduduk buta aksara di masing - masing negara anggota UNESCO pada tahun 2015. Kebijakan ini, kata dia, direspon oleh Pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya Inpres No.5 Tahun 2006 tersebut, serta penyediaan anggaran yang cukup signifikan selama empat tahun terakhir ini. "Target pengurangan jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas menjadi 5 persen," katanya.

Lebih lanjut Hamid mengatakan, penurunan angka buta aksara tersebut merupakan hasil dari program percepatan pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan di seluruh tanah air antara lain pemberantasan buta aksara (PBA) di daerah transmigrasi, pesisir, sekitar hutan, kepulauan, dan perbatasan. Selain itu, PBA bagi masyarakat perkotaan yang belum terlayani, PBA bagi santri pesantren tradisional dan PBA bagi komunitas adat terpencil dan tertinggal.

Hamid menyebutkan, kebanyakan penduduk dewasa yang buta aksara adalah perempuan. "Jumlahnya sekitar 63 persen," katanya.

Oleh karena itu, kata Hamid, dalam pendidikan keaksaraan ini diintegrasikan pula afirmasi bagi pemberdayaan perempuan melalui kewirausahaan perempuan berbasis potensi lokal, pendidikan kecakapan hidup bagi perempuan marginal, pendidikan keluarga berwawasan gender, dan pendidikan pencegahan tindak pidana perdagangan orang. "Pendidikan keaksaraan mengutamakan kemitraan dengan berbagai lembaga instansi terkait termasuk memanfaatkan struktur pemerintahan hingga level terbawah," katanya.

Hamid menyebutkan, pendidikan keaksaraan juga diselenggarakan bekerjasama denga berbagai mitra seperti tim penggerak PKK, Muslimat NU, Aisyiyah, Kowani, lembaga Al-kitab, perguruan tinggi, perusahaan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainya.

Hamid mengatakan, mulai tahun 2009 Indonesia menerapkan pendidikan keaksaraan untuk pemberdayaan atau literacy initiative for empowerement bersama UNESCO. "Prinsipnya adalah mengintegrasikan kegiatan pemberantasan buta aksara dengan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, fokus pendidikan keaksaraan mulai tahun 2010 nanti adalah pendidikan keaksaraan berbasis pemberdayaan masyarakat

UN Jangan Dijadikan Eksperimen Pembuktian Kecurangan

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh meminta untuk menyiapkan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan baik. Pemerintah daerah diperbolehkan untuk mencanangkan target kelulusan para siswa pada UN yang akan diselenggarakan pada Maret 2010.

"Gubernur, bupati, dan kepala dinas boleh mencanangkan (target kelulusan) 100 persen. Caranya untuk mencapai (kelulusan) 90 persen atau 100 persen sama dengan kita punya target ingin pergi haji. Tidak ada yang melarang, tapi yang tidak boleh itu untuk mencapai pergi haji itu pakai (cara) nakal - nakal," kata Mendiknas pada Silaturahmi Kerja Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Orwil Riau Tahun 2009, di Hotel Pangeran Pekanbaru, Riau, Sabtu (5/12/2009).

Mendiknas meminta untuk mengawal pelaksanaan UN agar dapat berjalan secara bersih dan jujur. "Dari situlah cermin potensi anak - anak kita. ICMI kita harapkan mampu mengawal nilai kejujuran. Jangan sekali - kali UN itu dijadikan sebagai eksperimen lapangan untuk pembuktian kecurangan," katanya.

Mendiknas menyampaikan ada empat syarat lulus UN. Pertama, siswa telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Kedua, dinyatakan lulus oleh guru dan kepala sekolah yang dinilai dari aspek moralitas. Syarat ketiga lulus ujian sekolah, dan syarat terakhir lulus UN. "Kalau empat - empatnya lulus maka luluslah dia, sehingga kalau ada yang mengatakan bahwa UN satu - satunya (syarat), bukan," katanya menjawab pertanyaan wartawan usai acara.

Mendiknas dalam kunjungan kerjanya ke Riau memberikan perhatian khusus kepada siswa sekolah luar biasa (SLB). Saat meninjau SLB Sri Mujinab Pekanbaru, Riau, Mendiknas memberikan motivasi dan dorongan kepada para siswa dan guru. "Insya Allah mereka orang - orang yang ikhas ikut mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, kita berikan perhatian secara khusus. Kalau ada pengangkatan pegawai negeri bisa diprioritaskan ditempatkan di sini, " katanya.

Mendiknas meminta, agar pemerintah mulai dari pemerintah pusat pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah kabupaten tidak menganaktirikan, baik itu sekolah SLB maupun sekolah umum biasa, negeri maupun swasta.

Sementara, pada kunjungan berikutnya ke SMKN 1 Pekanbaru, Riau, Mendiknas, mengajak para siswa untuk merawat sekolah. Mendiknas menyebutkan, ada tiga hal yang harus dirawat di sekolah yaitu lingkungan, hubungan guru dengan murid, dan keilmuan atau keterampilan. "Cara merawat ilmu dengan belajar dan belajar. Ciri orang yang merawat ilmunya dengan baik itu (ketika) diuji kapanpun dan diuji oleh siapapun tidak pernah mengeluh. Jangankan diuji bapak ibu guru di tingkat sekolah, diuji oleh kabupaten pun siap, diuji oleh provinsi pun siap, diuji secara nasional pun siap, bahkan (diuji secara) internasional," katanya.

Pada kunjungan berikutnya ke Yayasan Masmur Mendiknas melihat fasilitas sekolah bengkel praktek sepeda motor dan mesin mobil. Yayasan Masmur menaungi Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar, SMK Multi Mekanik, SMP, MTs, MAS. Yayasan ini berencana meningkatkan STAI Al-Azhar jadi universitas.

Kepada para siswa, Mendiknas meminta agar belajar untuk menghadapi ujian. "Bulan Maret (2010) ujian. Siapkan dengan baik. Saya doakan adik - adik yang akan ujian bisa sukses semua," ujarnya.

Kunjungan diakhiri dengan sosialisasi program kerja Mendiknas di Universitas Riau. Tema acara yang dihadiri beberapa universitas di Sumatera menggunakan fasilitas video conference ini adalah Kebijakan Pendidikan Nasional 2010 - 2014.***

Selasa, 01 Desember 2009

Guru Faktor Penentu Utama Dalam Proses Pendidikan

Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional (depdiknas), Menyelenggarakan Upacara dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional...

tahun 2009 dan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (HUT PGRI) ke-64, yang diselenggarakan di lapangan upacara depan Gedung A, Depdiknas, pada Rabu, (25/11).

Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2009 dan HUT PGRI ke-64 ini bertemakan "Memacu Peran Strategis Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Guru dalam Mewujudkan Guru Profesional, Sejahtera, Bermartabat, dan terlindungi".

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, selaku pembina upacara Hari Guru Nasional tahun 2009 ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas prestasi, dedikasi, komitmen, keikhlasan, dan pengabdian para guru kepada bangsa dan negara. Mendiknas juga berharap mudah-mudahan para guru selalu mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Dalam sambutannya, Mendiknas juga mengatakan bahwa dalam memperingati hari-hari besar nasional seperti Hari Guru Nasional ini, sedikitnya mempunyai tiga makna. Pertama, reflektif kesejarahan, yakni merenungkan kembali nilai-nilai kemulyaan yang terkandung dalam Hari Guru yang bisa dijadikan momentum untuk merefleksikan diri terhadap langkah panjang yang telah dilalui terkait dengan cita-cita awal dalam mendorong lahirnya Hari Guru Nasional.

Kedua, introspeksi kekinian adalah upaya untuk introspeksi terhadap perjalanan yang telah dilakukan dalam konteks kekinian. , Ketiga,lanjut Mendiknas, antisipatif futuris, yaitu menatap masa depan yang lebih baik dengan memberikan modal ilmu, modal kepribadian dan modal budaya yang unggul kepada anak-anak sebagai penerus bangsa.

Guru merupakan faktor penentu utama proses pendidikan dan pembelajaran, karena tidak ada guru maka tidak ada pula pendidikan. Sehingga dengan sentuhan guru profesional yang bermartabat, terlindungi, dan sejahtera, maka anak-anak bangsa akan menerima proses pembelajaran yang mendidik dan bermutu.

"Prestasi, keteladanan dan kepeloporan para guru yang telah ditunjukkannya semasa revolusi hingga sekarang merupakan semangat dan tradisi perjuangan yang perlu terus menerus diselaraskan, seiring dengan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Untuk mengantisipasi hal itu, tidak berlebihan kiranya harapan masa depan bangsa Indonesia dipertaruhkan kepada mereka yang berprofesi sebagai guru", kata Mendiknas.

BSNP Lakukan Penjaminan Mutu Buku Teks Pelajaran

Jakarta, Sebanyak 500 orang penulis perorangan maupun dari penerbit berminat mengajukan naskahnya untuk dinilai kelayakannya...

sebagai buku teks pelajaran. Naskah yang mereka ajukan adalah untuk mata pelajaran pendidikan agama, bahasa asing, dan pendidikan kewarganegaraan (PKN).

"Sekarang ini siapa saja boleh menulis buku (teks pelajaran), tentu yang ahli dalam bidangnya. Animonya luar biasa banyaknya. Namun karena sudah dibebaskan siapa saja boleh menulis buku (teks pelajaran) maka tentu harus ada yang melakukan penjaminan mutu. Salah satu penjaminan mutu buku ini dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)," kata anggota BSNP Edy Tri Baskoro usai pembukaan acara Sosialisasi Standar/Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Sabtu (21/11).

Sebanyak 250 orang dari 500 peserta acara sosialisasi mengajukan naskah untuk mata pelajaran bahasa asing. "Mayoritas penulis adalah guru karena pembelajaran yang menguasai guru. Mereka (berasal) tidak hanya dari Jakarta, tetapi dari berbagai daerah," kata Edy.

BSNP bekerjasama dengan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (Pusbuk Depdiknas) pada tahun 2010 akan melakukan penilaian buku teks pelajaran secara terbuka. Penulis dan atau penerbit yang berminat mengajukan bukunya untuk dinilai kelayakannya dapat mendaftarkan ke sekretariat penyelenggara penilaian buku teks pelajaran/Pusbuk Depdiknas, Jalan Gunung Sahari Raya No.4, Jakarta. Pendaftaran akan dilaksanakan pada 20-22 April 2010 mulai pukul 09.00-16.00 WIB.

Adapun naskah yang akan dinilai meliputi mata pelajaran agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Khonghucu untuk kelas 1-12, mata pelajaran PKN untuk kelas 10-12 (SMA/MA/SMK) , dan mata pelajaran bahasa asing Arab, Perancis, Jerman, Mandarin, dan Jepang untuk kelas 10-12 (SMA/MA).

Edy juga menyebutkan, proses penilaian buku meliputi tiga tahap, yakni pra seleksi, penilaian isi, dan penilaian keterbacaan. Dia menjelaskan, aspek yang akan dinilai meliputi kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan. Menurut dia, tata letak dan lay out buku mempengaruhi minat siswa untuk membaca buku. "Isinya bisa jadi menarik, tetapi kalau penyajiannya tidak bagus dan gambarnya tidak menarik maka siswa malas membaca," katanya.

Lebih lanjut Edy mengatakan, kelayakan isi dan penyajian setiap buku akan dinilai oleh seorang ahli materi dan ahli pembelajaran, sedangkan kelayakan bahasa dan penyajian dinilai oleh dua orang guru bidang studi. "Guru menilai kelayakan penyajian dari bahasa, sedangkan ahli materi dan ahli pembelajaran menilai kelayakan isi dan penyajian," katanya.

Edy mengatakan, selama tiga tahun sejak 2007-2009, BSNP telah menyeleksi lebih dari 10.000 judul buku. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.258 judul buku dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran sekolah dan sebanyak 940 judul buku yang layak tersebut telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah.

Depdiknas Memperingati Hari Guru Nasional tahun 2009

Jakarta, - Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi dan...

Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistiyo mengadakan konferensi pers di Gerai Informasi dan Media, Depdiknas, Senin(23/11) siang.

Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan PB PGRI menyelenggarakan peringatan Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-64, yang diperingati setiap tanggal 25 November. Puncak acara peringatan Hari Guru Nasional diselenggarakan pada selasa, 1 Desember 2009, di Lapangan Tennis Indoor Senayan, Jakarta.

Tema peringatan adalah: "Memacu Peran Strategis Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Guru dalam Mewujudkan Guru Profesional, Sejahtera, Bermartabat, dan Terlindungi", akan dihadiri Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.


Dalam keterangannya Dirjen PMPTK mengatakan: "Peranan Guru dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sangat besar dan menentukan. Guru merupakan salah satu faktor yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan dalam meletakkan dasar menyiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa," katanya.

Peringatan Hari Guru Nasional bertujuan untuk meningkatkan berkembangnya budaya mutu di kalangan guru dan pemangku kepentingan dal;am mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Disamping itu, meneladani semangat juang dasn dedikasi guru sebagai pendidik anak bangsa dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian bangsa Indonesia akan pentingnya peran guru dalam membangun karakter bangsa Indonesia yang bermartabat.


Peringatan Hari Guru akan dilaksanakan pada tingkat nasional, propinsi kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah. Pada tingkat nasional akan diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain, kegiatan seminar nasional peningkatan profesionalisme guru; pemberian penghargaan tanda kehormatan satya lencana pendidikan kepada guru, kepala sekolah, pengawas sekolah berprestasi dan berdedikasi luar biasa; pemberian tanda kehormatan Satyalencana Pembangunan di bidang pendidikan kepada gubernur, bupati/walikota yang mempunyai komitmen tinggi dalam pembangunan pendidikan, khususnya dalam peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan oleh Presiden RI; penghargaan Anugerah Konstitusi bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan Tingkat Nasional bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi; Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran; Sayembara Penulisan Buku Pengayaan, dan; Porseni Guru.

Kamis, 19 November 2009

OPSI 2009 Tumbuhkan Budaya Keilmuan

Ilmu pengetahuan berkembang salah satunya adalah dari tumbuhnya rasa penasaran intelektual (intelectual curiosity). Kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2009 merupakan bagian dari intelektual curiosity. Penelitian hendaknya dijadikan tradisi untuk memberikan kemanfaatan bagi umat manusia.

"Lomba seperti ini bukan sekedar menampilkan hasil karya dari adik - adik sekalian, tetapi yang lebih mahal daripada itu adalah menguji logika - logika yang adik - adik kembangkan. Kemudian prosedur - prosedur yang adik tuangkan dan semuanya itu bagian dari kaidah keilmuan, kaidah pengembangan, dan ujung - ujungnya kita berharap tumbuh yang namanya budaya keilmuan itu," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh kepada para peserta OPSI 2009 di Plaza Depdiknas, Jakarta, Rabu (18/11/2009) .

Mendiknas meminta agar dengan penelitian akan mempersulit persoalan, tetapi menjawab persoalan itu. Orientasinya adalah pada kemanfaatan. "Jangan sekedar penelitian untuk penelitian. Suasana atmosfer ini menjadi atmosfer yang sangat bagus untuk menumbuhkan prinsip - prinsip dan tradisi - tradisi keilmuan," katanya saat membuka OPSI 2009.

Pada kegiatan yang berlangsung mulai 16-20 November 2009 ini para peserta akan melakukan gelar poster dan pameran hasil penelitian di masing - masing stand pameran yang disediakan panitia. Selanjutnya, para peserta akan mempresentasikan hasil penelitian mereka pada dewan juri melalui wawancara di lokasi pameran. Penilaian mencakup makalah terbaik, display terbaik, dan interaksi terbaik. Adapun bidang - bidang yang diteliti meliputi bidang Ekologi yakni, Kimia, Lingkungan, dan Biologi dan bidang Sains yakni, Fisika, Matematika, dan Komputer/Informatika.

Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto melaporkan, OPSI diselenggarakan bertujuan untuk menjaring siswa yang memiliki bakat dan kemampuan dalam bidang penelitian, menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan siswa SMA, memotivasi siswa SMA untuk berkreasi dalam berbagai bidang ilmu sesuai minat dan bakatnya. "Pada akhirnya mendapatkan hasil penelitian yang orisinal, berkualitas, dan kompetitif," katanya. Suyanto mengatakan, OPSI merupakan perpaduan konsep olimpiade penelitian internasional baik yang diselenggarakan oleh PASIAD Indonesia maupun oleh International Conference of Young Scientiest yang lebih dikenal dengan ICYS. Dia menyebutkan, pada 2009 sebanyak 89 naskah penelitian terseleksi masuk ke babak poster dan pameran hasil penelitian. "Naskah penelitian masing - masing terdiri atas 58 naskah untuk kelompok ekologi dan 31 naskah untuk kelompok sains,

Teknologi Pendidikan Menjawab Persoalan Pendidikan

Teknologi pendidikan perlu terus menerus dikembangkan untuk menjawab persoalan - persoalan pendidikan. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya tidak mungkin jika dilakukan secara konservatif maka dengan teknologi pendidikan akan menjadi mungkin. Teknologi pendidikan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas.

"Saya mengajak untuk terus menerus mengembangkan teknologi pendidikan untuk menjawab persoalan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas. Dengan teknologi pendidikan maka persoalan ketersediaan bisa dikurangi sebagian, demikian juga (persoalan) keterjangkauan," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pada Seminar dan Workshop Nasional Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional di Depdiknas, Jakarta, Rabu (18/11/2009).

Mendiknas menyebutkan, teknologi pendidikan memiliki tiga peran penting. Pertama, kata Mendiknas, teknologi pendidikan berperan sebagai pendukung proses pendidikan. Kedua, lanjut Mendiknas, teknologi pendidikan berperan sebagai penggerak. Dia mencontohkan, penggunaan teknologi informasi sebagai media atau bagian dari teknologi pembelajaran. "Dengan IT bisa menggerakkan bukan saja bab pelajaran yang diajarkan, taruhlah Matematika menggunakan IT, tapi sekaligus mendrive guru, murid, atau orangtuanya untuk belajar IT," katanya.

Peran ketiga, kata Mendiknas, teknologi pendidikan dijadikan sebagai pengungkit. "Kita harapkan teknologi pendidikan bisa berperan sebagai pengungkit atau enabler. Segala macam yang tidak mungkin jadi mungkin," katanya.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Fasli Jalal mengatakan, dengan teknologi pendidikan, peluang untuk mendapatkan akses yang lebih luas bagi semua anak bangsa dan pemangku pendidikan makin meningkat. Dia mengatakan, teknologi ini memerlukan budaya baru, sehingga belum tersedia bagi banyak pemakai. "Jadi diperlukan kesabaran terus menerus untuk mensosialisasikan, mendampingi, dan memudahkan mereka di dalam mengakses teknologi ini termasuk kemampuan kita untuk mengembangkan konten," katanya.

Fasli menyampaikan, dari sisi kebijakan, pemerintah berkomitmen penuh untuk memanfaatkan, meninternalisasikan, dan membudayakan pemakaian teknologi pendidikan di berbagai jenis dan jalur pendidikan yang sesuai. "Kita berharap, semua sekolah terhubung dengan internet. Anak - anak bisa belajar dengan menyenangkan," katanya.

Gubernur Papua Barnabas Suebu mengatakan, Pemerintah Daerah Provinsi Papua telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi kurangnya fasilitas dan sumber pembelajaran. Dia mengatakan, saat ini Pemerintah Papua akan melengkapi infrastruktur telekomunikasi bagi 3.000 sekolah dan 3.000 desa. "Yang sekarang kita mulai adalah melengkapi semua kampung dan sekolah dengan perangkat keras parabola, televisi, radio menggunakan (tenaga) energi matahari," katanya.

Barnabas menyebutkan, Pemerintah Papua telah menganggarkan Rp300 milyar pada 2009 untuk menyediakan berbagai perangkat tersebut. "Kalau bisa tiga tahun sudah bisa pasang semua," katanya.

Fasli menambahkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menggandeng Institut Teknologi Bandung dan Universitas Cendrawasih untuk mendukung dari sisi teknologi dan Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengembangkan kontennya. TV Papua, kata dia, juga telah menyediakan waktu selama dua jam setiap hari untuk menayangkan konten pendidikan.

Sementara, lanjut Fasli, untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia telah disiapkan sebanyak 1.000 sarjana masing - masing 300 dari bidang teknologi dan 700 dari berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, peternakan, dan sosial budaya. "Nah kombinasi ini yang membuat program itu lebih mungkin nanti untuk berjalan berkelanjutan,

Mendiknas Buka International Electrical Engineering Expo 2009

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh pada Senin (9/11/2009) di Graha Pemuda, Surabaya, Jawa Timur membuka secara resmi kegiatan International Electrical Engineering Expo 2009. Even yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November ini memamerkan hasil kreasi para finalis lomba cipta elektroteknik nasional tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.

Mendiknas mengatakan, acara ini bermuara pada tiga hal. Muara pertama adalah pengenalan potensi diri peserta baik siswa, mahasiswa, maupun umum. "Dengan mengenali potensi atau mengenali peta maka pengembangan yang kita lakukan melalui satu perencanaan yang matang," katanya pada pembukaan acara.

Muara kedua, lanjut Mendiknas, terkait pengorganisasian. Menurut Mendiknas, dengan kemampuan mengorganisasi maka acara ini dapat terlaksana. "Potensi ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah resource. Bukan sekedar resources di dalam negeri, tetapi termasuk resources lain yaitu jejaring termasuk dengan luar negeri," katanya.

Hasil kreasi finalis diantaranya adalah robot pelontar bola pingpong sebagai alat latih olah raga tenis meja, pengukur suhu jarak jauh karya siswa SMKN 2 Salatiga, helm komunikator 2 karya siswa SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan, dan pengendali pompa air otomatis.

Mendiknas berkesempatan mencoba helm pijat karya siswa SMA YPS Soroako. Helm pijat ini dirancang untuk bekerja dengan sistem rangkaian mirokontroler yang akan mengaktifkan motor DC yang memberikan getaran untuk memijat bagian kepala pada titik - titik tertentu, sehingga rasa pegal di leher dan tubuh lainnya dapat berkurang.

Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Priyo Suprobo mengatakan, jurusan Teknik Elektro adalah jurusan yang terbesar di ITS. Dia menyebutkan, setiap tahun input mahasiswa ke jurusan ini sebanyak 300 orang. "Saya yakin mahasiswa teknik elektro nantinya akan mempunyai kemampuan softskill yang tinggi," katanya.

Priyo mengungkapkan, para mahasiswa ITS memiliki keunggulan pintar dan cerdas. Di sisi lain, kata dia, mahasiswa memiliki kelemahan dalam hal kepemimpinan dan kerja sama tim. "Harapan kami bahwa di dalam even ini baik pameran, lomba, dan seminar bisa diambil manfaat, sehingga memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan Indonesia," katanya.

Ketua Jurusan Teknik Elektro ITS Mochamad Ashari menyebutkan, saat ini ITS telah menyelenggarakan program gelar ganda dengan universitas di Belanda, Jerman, dan Jepang. "Dengan kegiatan ini kami harapkan mahasiswa teknik elektro ITS bisa mendapatkan atmosfer akademik yang meningkat," katanya.

Mochamad menyebutkan, kegiatan expo dirangkai dengan festival game dan teknologi animasi, seminar teknologi intelegensi dan aplikasinya, kompetisi game, kompetisi fotograsi, dan acara amal untuk korban gempa di Padang, Sumatera Barat.***

Rancangan Draf Renstra Depdiknas 2010 - 2014

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) saat ini sedang menyusun Draf Rencana Strategis Departemen Pendidikan 2010 - 2014 yang mengacu pada rancangan awal RPJMN 2010 - 2014.

Menurut Sekretaris Jenderal Depdiknas pada laman Depdiknas dalam rangka meminta masukan terhadap Draf Renstra Depdiknas 2010 - 2014.

Rancangan Renstra Depdiknas disusun melalui berbagai tahapan, termasuk interaksi dengan para pemangku kepentingan pendidikan di pusat dan di daerah, partisipasi seluruh pejabat Depdiknas, serta dengan memperhatikan arah reformasi perencanaan dan penganggaran yang telah ditentukan oleh Bappenas dan Departemen Keuangan.

Rancangan Renstra ini juga disusun dengan semangat untuk menjaga kesinambungan pembangunan pendidikan nasional dan sebagai landasan bagi pemerintahan periode 2010 - 2014 dalam menentukan arah pembangunan pendidikan ke depan serta menjadi pedoman bagi satuan kerja pendidikan, baik di pusat maupun di daerah dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional.

Sesuai Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencaan Pembangunan Nasional Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2010 - 2014 dinyatakan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga harus menyiapkan Rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada Rancangan Awal RPJMN dan menetapkan Renstra-KL setelah disesuaikan dengan RPJMN 2010 - 2014.

Naskah ini masih berupa rancangan teknokratis yang memerlukan kritik dan saran untuk penyempurnaan. Untuk memperoleh masukan tersebut itulah maka rancangan Renstra Depdiknas tahun 2010 - 2014 versi 17 September 2009 untuk dapat dibaca oleh masyarakat luas sehingga masyarakat dapat memahami, menilai dan memberi masukan untuk menyempurnakan Draf Renstra tersebut. Kami mengucapkan terima kasih apabila Bapak/Ibu/Saudara berkenan memberikan masukan terhadap Rancangan Renstra tersebut melalui email renstra.depdiknas1014@gmail.com.

Untuk melihat Draf Renstra Depdiknas Tahun 2010 - 2014 dapat diunduh pada link berikut:

Draf Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional periode 2010 - 2014.

Draf Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional periode 2010 - 2014 (Per Bagian).

Jumat, 30 Oktober 2009

Empat Pilar Dalam Mengembangkan Pendidikan

Jakarta, Dalam rangka konferensi pers yang dilakukan oleh Prof.Dr.Ir Muhammad Nuh DEA selaku Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)...

periode 2009-2014 di ruang sidang mendiknas gedung A Departemen pendidikan Nasional pada (22/10) kemarin.

Mendiknas menyampaikan bahwa pendidikan adalah untuk semuanya, jadi wajib mendapatkan pendidikan bagi siapa saja, baik dimana saja dalam negara indonesia ini.

Dalam proses mengembangkan dunia pendidikan maka, Mendiknas menyampaikan empat pilar, yakni, sekolah yang layak, terjangkau, berkualitas, dan adanya jaminan kepada lulusannya.

Pada pilar yang pertama, mendiknas mengatakan harus adanya sekolah yang layak. "Kita ingin di tahun 2010 tidak ada lagi sekolah SD dan SMP yang masih rusak atau tidak layak. Kita punya target 2010 lunas urusan sekolah," kata mendiknas.

Sementara itu, pilar kedua yaitu pendidikan yang terjangkau. Mendiknas juga mengatakan bahwa tidak ada pendidikan murah, melainkan pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat yaitu dengan meringankan beban kemahalan pendidikan sehingga masyarakat menanggung beban sekecil-kecilnya dari biaya pendidikan.

"Setelah tersedianya sekolah yang layak dan biaya pendidikan yang terjangkau maka pilar ketiga adalah pendidikan yang berkualitas", lanjut Mendiknas. Untuk mencapai pedidikan yang berkualitas maka perlu adanya peningkatan Komponen dalam pendidikan diantaranya meliputi guru, kurikulum, fasilitas, dan kerja praktek.

Untuk pilar yang keempat yaitu jaminan bagi para lulusan untuk mengembangkan keilmuan, mendapatkan pekerjaan sampai dengan menciptakan pekerjaan. dalam hal ini Mendiknas memberikan contoh bahwa lulusan SD bukan berarti harus bekerja, tetapi dapat mengembangkan ilmunya. "Kalau memang stratanya sudah cukup tinggi, misalkan SMK, bisa mendapatkan pekerjaan, membuat pekerjaan, atau melanjutkan. Intinya tidak boleh nganggur," katanya.

Untuk mengawali 100 hari pertama bekerja, Mendiknas akan menyelesaikan program yang telah dicanangkan pada 2009, memasukkan kontrak kinerja yang belum masuk di dalam program, dan menyusun program khusus yang menjadi motor program-program 2010. "Selanjutnya, menyiapkan program jangka menengah lima tahun ke depan termasuk program satu tahun," katanya. (AND) -Sidiknas-

Pelatihan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Bagi Guru SMP, SMA dan SMK (500K)

Sebagai rasa terima kasih dan kontribusi SEAMOLEC untuk pendidikan di Indonesia, SEAMOLEC mengembangkan program...

yang dinamakan "Pelatihan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bagi Guru SMP, SMA dan SMK", target peserta dari pelatihan ini adalah sebanyak 500.000 orang guru, oleh sebab itu program ini juga disebut dengan "500K".

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
khususnya guru SMP, SMA dan SMK dalam bidang TIK sehingga para guru tersebut dapat menerapkan di sekolahnya masing-masing. Mengapa TIK? Karena pembelajaran dengan menggunakan media komputer dan internet merupakan salah satu altematif yang sangat potensial, dimana kebutuhan pendidikan yang telah mengglobal menuntut adanya percepatan dan perluasan akses yang tak terbatas. Pengelolaan pembelajaran melalui media komputer dan atau internet dikemas dalam sebuah pembelajaran berbasis web, sehingga peserta didik yang akan mempelajari materi sesuai dengan kebutuhannya dapat mengakses secara online, artinya belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, sehingga percepatan dan perluasan akses dalam rangka pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan dapat terpenuhi.

Program pelatihan ini telah dilaksanakan mulai bulan Juni 2009 dan akan terus
dilanjutkan sampai tidak adanya lagi permintaan. Pelatihan dilaksanakan selama 5 hari dengan durasi total sebanyak 50 jam dan jumlah peserta untuk setiap pelatihan adalah sebanyak 60 orang peserta.

Materi pelatihan ini meliputi:
1. Internet untuk pembelajaran
2. Facebook untuk pembelaiaran
3. Peta Module
4. Program Mapping
5. Pembelajaran Berbasis lCT dengan Menggunakan Software Module

Sejak bulan Juni- Oktober 2009 pelatihan ini telah dilaksanakan di 24 Kabupaten/Kota di 12 Propinsi, jumlah Guru yang telah dilatih adalah sebanyak 20.198 orang. Setelah mengikuti pelatihan ini guru dianggap telah memiliki karakteristik kemampuan sebagai berikut :

a. Mampu menjelaskan konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran;
b. Mampu mencari berbagai sumber belajar melalui internet dan berbagai program pembelajaran;
c. Mampu merancang, mengembangkan dan mengevaluasi pembelajaran dengan memanfaatkan email, blog, wiki, dan facebook.

Program ini adalah program kerjasama antara SEAMOLEC dan Dinas Pendidikan
Propinsi. Bentuk kerjasama tersebut adalah dalam bentuk pendanaan pelaksanaan kegiatan. Pembagian pendanaan untuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

No Kegiatan VolumeDibebankan kepada
1Transportasi pulang-pergi dan uang harian fasilitator SAEMOLEC 5 orgSEAMOLEC
2Penginapan dan Konsumsi 5 hari fasilitator 5 Org/hrSEAMOLEC
3Transportasi Peserta 60 org/HrPeserta masing-masing
4Konsumsi peserta 5 hari 60 org/HrDinas Pendidikan Propinsi, Kab/Kota
5Tempat pelatihan (fasilitas pelatihan) 5 Hr
Dinas Pendidikan Propinsi., Kab/Kota

Total biaya sharing yang telah dikeluarkan untuk biaya ini adalah sebagai berikut:

SEAMOLEC 12 Dinas Pendidikan Propinsi
Rp. 500.032.000 Rp. 1.613.480.000


SEAMOLEC berharap para guru Indonesia dapat memanfaatkan keahlian yang telah didapatkan untuk meningkatkan kompetensi diri dan proses pembelajaran,sehingga mutu pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih baik.

Mutu PT Indonesia tak kalah dengan PT asing

JAKARTA - Kualitas perguruan tinggi Indonesia dibandingkan dengan mutu pendidikan tinggi di negara Asia lainnya tidak kalah.

Hanya selama ini kurangnya informasi dan komunikasi antarperguruan tinggi di Asia sehingga seakan-akan mutu perguruan tinggi Indonesia tertinggal.

"Buktinya, banyak perguruan tinggi di Asia yang mengirimkan mahasiswa dan dosennya untuk kuliah di perguruan tinggi di Indonesia," jelas Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof. Dr. Bejo Sujanto saat disela-sela pembukaan Asian University Presidents Forum (AUPF) 2009 di Jakarta, Senin (19/10).

Bejo yakin betul kalau kualitas perguruan tinggi Indonesia tidak kalah dengan perguruan tinggi di negara-negara Asia lainnya. Sebab, banyak perguruan tinggi di Asia yang mengirim mahasiswa dan dosen belajar berbagai ilmu di perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Dia mencontohkan, selama ini sudah ada sejumlah perguruan tinggi di Asia lainnya yang mengirimkan mahasiswa dan dosennya untuk belajar bahasa dan ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi di Indonesia. "Di UNJ saja sudah banyak mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia," tambahnya.

Sekarang ini saja, ujar Bejo, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia anggota AUPF, seperti UNJ melakukan pertukaran mahasiswa antarperguruan tinggi di Asia lainnya dalam bidang bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin. Selain itu, melakukan pertukaran dosen. Misalnya, dosen-dosen perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi Asia lainnya mengajar satu semester.

"Terkait dengan persamaan kualitas perguruan tinggi kita dengan perguruan tinggi Asia lainnya, dalam pertemuan anggota AUPF 2010 mendatang di Thailand, akan dibahas jaminan mutu (quality insurance) antara perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi Asia lainnya," jelas Rektor UNJ itu.

Jadi, tambah Bejo, kalau selama ini para anggota AUPF hanya tukar mahasiswa dan dosen. Ke depan kita harapkan bisa melakukan dual degree sehingga mahasiswa semester 5 sampai 7 bisa kuliah di perguruan tinggi anggota Asia lainnya. "Tentu saja bagi mahasiswa yang ingin belajar seperti itu. Mereka nantinya mendapat dua ijazah di perguruan tinggi di Indonesia dan perguruan tinggi Asia lainnya," paparnya.

Bejo mengemukakan, dengan pembahasan quality insurance akan memberikan persepsi yang sama sehingga masing-masing perguruan tinggi anggota AUPF akan saling mengakui kualitas perguruan tinggi dan lulusannya.

"Dengan begitu, kalau melakukan dual degree sudah tidak ada masalah lagi karena tiap perguruan tinggi anggota AUPF mengakui dan mahasiswa yang mengambil program dual degree tidak meragukan lagi atas ijazah yang disandangnya. Hal ini penting terutama bagi mahasiswa asing, mereka tidak perlu meragukan lagi kualitas perguruan tinggi di Indonesia," tegas Bejo.

2010, Paramadina Siapkan 100 Beasiswa

JAKARTA, Lulusan SMU boleh makin optimis. Pasalnya, tahun depan Universitas Paramadina telah menyiapkan 100 tempat terbaiknya...

bagi lulusan SMU se-Indonesia untuk menerima beasiswa (fellowship) melalui program Paramadina Fellowship 2010.

"Dari waktu ke waktu, jumlah peminat Paramadina Fellowship terus meningkat. Tahun 2008 terdapat 1.250 siswa yang mendaftarkan diri untuk ikut dalam seleksi, tahun 2009 terdapat 1.800 aplikan, tahun 2010 kami perkirakan sekitar 2.500 siswa akan mendaftarkan diri," kata Direktur Fellowship & Kerjasama Universitas Paramadina, Kurniawati Yusuf. M, di Jakarta, Rabu (14/10).

"Oleh karena itu, kami akan berusaha keras agar jumlah tempat yang tersedia juga meningkat, insya Allah sampai angka 100, sehingga makin banyak otak-otak cerdas yang terbantu," ujar Kurniawati.

Kurniawati menjelaskan, proses seleksi akan lebih menekankan pada masalah kepemimpinan, potensi intelektual, etika, serta kreatifitas. "Tapi kami jamin semua prosesnya berjalan secara transparan, jujur dan adil. Tim panel akan menyeleksi semua pendaftar tanpa membedakan asal dan siapa calon tersebut," ujar Kurniawati.

"Yang menjadi prioritas adalah prestasi akademik dan pencapaian-pencapaian non-akademis mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu," tambahnya.

Senin, 12 Oktober 2009

Perpustakaan Depdiknas Perluas Layanan

Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) memperluas layanan bagi masyarakat. Perpustakaan Depdiknas kini dilengkapi dengan 10 unit komputer untuk mengakses jurnal elektronik, ruang baca khusus anak, home theater, ruang kelas, dan ruang baca.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo meresmikan penggunaan perluasan layanan Perpustakaan Depdiknas pada Kamis (8/10/2009) di Depdiknas, Jakarta.

Mendiknas mengatakan, koleksi perpustakaan ini mencakup buku - buku pendidikan anak usia dini (PAUD), tingkat dasar, dan menengah. Mendiknas memberikan perhatian khusus atas tersedianya koleksi buku pendidikan tinggi. "Kalau untuk perpustakaan digital sama sekali tidak ada hambatan. Ruang sebesar ini cukup untuk mengakomodasi perpustakaan digital untuk jurnal pendidikan," katanya.

Mendiknas berharap, selain koleksi buku pendidikan formal, tersedia juga koleksi untuk pendidikan nonformal dan informal. Perpustakaan ini, kata Mendiknas, dapat menjadi acuan untuk mengakses peraturan perundang - undangan, ensiklopedi, kamus, dan data lainnya. "Terutama data - data pendidikan harus bisa diakses melalui perpustakaan ini. Dan ini harus menjadi surga bagi mereka yang ingin menjadi pembelajar sepanjang hayat bahkan bagi peneliti untuk melakukan riset," katanya.

Jurnal elektronik yang disediakan ada tiga yakni ProQuest, EBSCO, dan Cengage. Jurnal ProQuest memuat bidang agama, ilmu sosial, pertanian, sain, seni. Sementara jurnal EBSCO memuat bidang teknik, bisnis, dan kedokteran, sedangkan jurnal Cengage memuat bidang sain, pendidikan, dan ilmu sosial. Pengunjung dapat mengakses berbagai tulisan yang tersedia di ketiga jurnal tersebut secara gratis.

Perpustakaan yang terletak di Gedung A Depdiknas Jln. Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta ini juga menyediakan ruang baca khusus bagi pengunjung yang membawa makanan dan minuman. Fasilitas lainnya adalah komputer bagi tuna netra dan tv kabel.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika mengatakan, saat ini koleksi buku di Perpustakaan Depdiknas telah mencapai 20.000 eksemplar dan koleksi audio video di atas 6.000 judul. Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan pengunjung maka perpustakaan diperluas dari satu lantai menjadi dua lantai dengan luas dari semula 600 m2 menjadi 1.400 m2. "Mudah - mudahan ini menjadi tonggak sejarah untuk peningkatan pelayanan perpustakaan," katanya.***

Universitas Indonesia Tempati Ranking 201 Dunia

Universitas Indonesia (UI) menempati ranking 201 dunia berdasarkan rilis lembaga pemeringkat perguruan tinggi Times Higher Education-QS World University Ranking (THE-QS World). UI mengalahkan beberapa universitas terkenal di Filiphina, Malaysia, dan Vietnam. Peringkat ini naik dari ranking 287 pada 2008 dan ranking 395 pada 2007.

Hal tersebut disampaikan Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri saat memberikan keterangan pers di Gedung Depdiknas, Jakarta, Kamis (8/10/2009).

THE-QS World melakukan pemeringkatan 500 universitas terbaik di dunia dari 5.000 perguruan tinggi yang disurvei di seluruh dunia. Adapun indikator peringkat tersebut adalah unjuk kerja riset dan publikasi, unjuk kerja pengajaran, internasionalisasi, unjuk kerja keterserapan lulusan di dunia kerja, dan tata kelola.

Gumilar menyampaikan, peringkat tersebut diraih UI atas prestasi mahasiswa dan di bidang riset. UI, kata dia, sampai Oktober 2009 telah menjuarai 17 kejuaraan tingkat dunia mulai dari paduan suara, kontes debat, sampai olimpiade Matematika tingkat dunia. "Publikasi UI pada tahun ini hampir mencapai 10.000 buku publikasi," katanya.

Gumilar menambahkan, hal lain yang membuat peringkat UI mencuat adalah internasionalisasi dan tata kelola menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Gumilar menyebutkan, selain menempati ranking 201 dunia, UI menempati ranking 102 di bidang ilmu sosial dan ranking 104 di bidang seni dan humaniora. UI juga menempati ranking 34 Asia, naik dari ranking 50 pada 2008, sedangkan di tingkat ASEAN UI menempati ranking lima.

Peringkat pertama sampai dengan lima universitas di ASEAN berturut - turut adalah National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University Singapore, Chulalongkorn University Thailand, University of Malaya Malaysia, dan Universitas Indonesia.***

Senin, 21 September 2009

Peringatan Hari Aksara Internasional Ke-44 2009 Dipusatkan di Cilegon

Puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-44 2009 yang akan digelar pada Selasa (8/09/2009) akan dipusatkan di halaman Hotel Mangkuputra, Cilegon, Provinsi Banten. Agenda tahunan ini akan dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono, dan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto.

Peringatan HAI mengambil tema Hari Aksara Internasional ke-44 Mewujudkan Pendidikan Keaksaraan sebagai Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Pada kesempatan tersebut Mendiknas akan menyerahkan penghargaan Anugerah Aksara kepada enam gubernur, 19 bupati, dan delapan walikota yang berprestasi dalam menyukseskan program pemberantasan buta aksara. Penghargaan juga akan diberikan kepada tutor, tokoh pendidikan nonformal, wartawan, dan masyarakat umum.

Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Dirjen PNFI) Depdiknas Hamid Muhammad mengatakan, peringatan HAI ke-44 dirangkai dengan berbagai kegiatan yaitu pameran keaksaraan pada 7 - 8 September 2009 di Hotel Mangkuputra, Cilegon; talkshow di TVRI; dan temu nasional pada Minggu, (6/09/2009) di Hotel Permata Krakatau, Cilegon. "Hari Aksara Internasional pada tahun ini merupakan tonggak pembatas karena kita punya target Renstra tahun 2009 ini minimal sisa penduduk buta aksara lima persen," katanya saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media, Depdiknas, Jakarta, Jumat (4/09/2009).

Hamid menyebutkan, berdasarkan perhitungan sementara dari Pusat Statistik Pendidikan (PSP) diproyeksikan pada tahun 2009 ini angka prosentasi buta aksara tidak bisa persis lima persen. "Masih sisa 5,03 persen. Ini masih nanti kemungkinan bisa berkembang karena kami masih menunggu laporan resmi dari setiap provinsi, kabupaten, dan kota yang melaksanakan program ini," katanya.

Namun demikian, lanjut Hamid, mulai tahun ini program pemberantasan buta aksara tidak lagi hanya sekedar menghitung angka - angka prosentase dan angka capaian sesuai dengan Renstra, tetapi lebih dari itu yaitu mengadopsi program Literacy Initiative for Empowerment yang dirintis oleh UNESCO. Program ini ditujukan bagi negara - negara yang angka buta aksaranya tinggi. "Indonesia baru masuk pada tahap ketiga untuk melaksanakan (program) ini bersama - sama dengan Cina dan beberapa negara lainnya.

Hamid mengatakan, inti dari program ini adalah bahwa program pemberantasan buta aksara harus memberdayakan dan bisa memberikan pencerahan dan pemberdayaan kepada masyarakat. Bukan hanya sekedar melek aksara saja, tetapi diupayakan setelah melek aksara ada upaya - upaya pemberdayaan yang arahnya adalah pemberdayaan secara ekonomi untuk kesejahteraan. "Pemberdayaan di bidang sosial budaya dalam rangka melestarikan aspek - aspek sosial budaya dan komunalitas yang berkembang di masyarakat termasuk di dalam menjaga kelestarian lingkungan," katanya.

Hamid mengatakan, pemberantasan buta aksara akan difokuskan di 142 kabupaten yang angka buta aksaranya di atas lima persen. Fokus lainnya adalah menangani komunitas khusus seperti masyarakat Badui dan pemberdayaan perempuan. Dia menyebutkan, dari sisa penduduk buta aksara sekira delapan juta orang sebanyak 76 persen adalah penduduk usia 45 tahun ke atas. Untuk itu, kata dia, diperlukan strategi lain. "Bukan belajar keaksaraan yang dipentingkan, tetapi lebih banyak kepada kelompok belajar usaha. Jadi life skill dulu yang kita berdayakan ke mereka," katanya.

Beberapa praktek terbaik program pemberantasan buta aksara seperti yang dilakukan di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dengan program inova kreatif keaksaraan sistem 32 hari bisa baca, tulis, dan hitung juga akan dikembangkan. "Sistem yang dikembangkan di Karawang ini akan diadopsi oleh Nusa Tenggara Barat. Seluruh kabupaten di NTB akan mengadopsi," katanya.

Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal PNFI Depdiknas Ella Yulaelawati mengatakan, kendala pemberantasan penduduk buta aksara usia 15 - 44 tahun adalah mereka kebanyakan dari etnis terpencil dan pedalaman, sedangkan kedala makro adalah penduduk usia 45 tahun ke atas. "Masalahnya sudah kurang motivasi belajar dan masalah fisik," katanya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, kata Ella, adalah melalui program pemberdayaan perempuan seperti penerbitan Koran Ibu sebagai media menulis dari perempuan, oleh perempuan, dan untuk perempuan. "Orang - orang tua dan dewasa memperoleh bahan ajar dari mereka sendiri, sehingga tidak merasa digurui," katanya.

Ella menambahkan, unit cost anggaran untuk pemberantasan buta aksara bagi 1,2 juta sasaran adalah Rp400.000,00 per sasaran. "Sekitar 600 miliar. Tahun 2010 tentu berkurang karena sasarannya berkurang," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten Eko Endang Koswara menyampaikan, pada awalnya provinsi yang sembilan tahun lalu adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat ini merupakan daerah lumbung buta aksara dan termasuk sepuluh besar provinsi yang buta aksaranya tinggi. "Sekarang Provinsi Banten sudah pada urutan ke tujuh terkecil dari tingkat nasional," katanya.

Eko menyebutkan, penderita buta aksara di Provinsi Banten tinggal 155.305 jiwa atau 2,37 persen dan dari delapan kabupaten kota di wilayah ini ada dua kota dan satu kabupaten yang sudah tuntas buta aksaranya yakni Kota Cilegon, Kota Tangerang, dan Kabupaten Serang. "Upaya yang kita lakukan dengan pendekatan dan strategi blok, vertikal, dan horisontal dan juga kemitraan dengan organisasi dan lembaga terkait

Lowongan CPNS Depdiknas 2.565 Orang

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) pada 2009 akan menerima 2.565 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Alokasi sumber daya manusia (SDM) tersebut untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih 1.700 orang formasi dosen dan selebihnya sekitar 800 orang untuk tenaga teknisi.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Depdiknas Mashuri Maschab saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media, Depdiknas, Jakarta, Selasa (15/09/2009).

Hadir pada acara Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Depdiknas Hindun Basri Purba dan Kepala Pusat Informasi dan Humas Depdiknas M. Muhadjir.

Mashuri mengatakan, pada 2009 Depdiknas memberikan porsi yang agak banyak bagi kebutuhan tenaga teknisi. Hal ini, kata dia, dilakukan untuk mengimbangi tenaga - tenaga teknis non-dosen yang diperlukan di perguruan tinggi dan di kantor Depdiknas. "Kita juga butuh tenaga - tenaga terampil," katanya.

Biro kepegawaian, lanjut Mashuri, akan menyelenggarakan seleksi dasar secara nasional untuk memperoleh kualifikasi minimal bagi seorang CPNS. Seleksi tahap kedua adalah seleksi substansi di bidang tugas masing - masing. "Persyaratan untuk melamar di Depdiknas sangat sederhana," katanya.

Pertama, kata Mashuri, surat lamaran ditulis dengan tangan ditujukan kepada Menteri. Kemudian melengkapi foto copy ijazah yang disahkan dan pas photo 3X4. Setelah dinyatakan diterima kemudian calon diminta melengkapi kartu kuning, catatan kepolisian, dan keterangan sehat. Informasi selengkapnya dapat dilihat di laman www.depdiknas.go.id dan di papan pengumuman Depdiknas.

Hindun mengatakan, khusus penerimaan CPNS di lingkup Sekretariat Jenderal Depdiknas informasi pendaftaran dimulai 14 September - 6 Oktober 2009. Lokasi pendaftaran dan penyerahan berkas dilakukan di Pusdiklat Pegawai Jalan Cinangka Km.19 Sawangan, Depok. "Kuota total 82 orang terdiri atas 75 untuk di Depdiknas, Senayan, empat di Balai Grafika Medan, dan tiga di Balai Grafika Makassar

Selasa, 18 Agustus 2009

trio hacker TOP made in Indonesia

1. Dani Firmansyah A.K.A Xnuxer

Image

xnuxer, nama panggilan Dani Firmansyah di dunia bawah tanah, di tangkap Satuan Cyber Crime Direktorat Reserse Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya pada tanggal 24 April 2004 sekitar pukul 17:20 di Jakarta.

Jumat 16 April, Xnuxer mencoba melakukan tes sistem sekuriti kpu.go.id melalui XSS (cross site scripting) dari IP 202.158.10.117, namun dilayar keluar message risk dengan level low (website KPU belum tembus atau rusak).
Sabtu 17 April 2004 pukul 03.12,42, Xnuxer mencoba lagi melakukan penetrasi ke server tnp.kpu.go.id dengan cara SQL Injection dan berhasil menembus IP tnp.kpu.go.id 203.130.201.134, serta berhasil meng-up date daftar nama partai pada pukul 11.23,16 sampai pukul 11.34,27. Teknik yang dipakai Xnuxer dalam meng-hack yakni melalui teknik spoofing (penyesatan). Xnuxer melakukan serangan dari IP 202.158.10.117, kemudian membuka IP Proxy Anonymous Thailand 208.147.1.1 sebelum msuk ke IP tnp.kpu.go.id 203.130.201.134, dan berhasil membuka tampilan nama 24 partai politik peserta pemilu.
Beruntung Xnuxer meng-hack situs KPU hanya karena ingin mengetes keamanan sistem keamanan server tnp.kpu.go.id, tanpa ada muatan politik. Di tambah, sifat Xnuxer yang sangat cooperatif, akhirnya Xnuxer hanya di bui beberapa bulan saja.

2. Onno W. Purbo A.K.A Kang Onno

Image

Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung 17 Agustus 1962; umur 45 tahun) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ia memulai pendidikan akademis di ITB pada jurusan Teknik Elektro pada tahun 1981. Enam tahun kemudian ia lulus dengan predikat wisudawan terbaik, kemudian melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAU-ME.

RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang dilontarkan. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi media, seminar, konferensi nasional maupun internasional. Percaya filosofy copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis di internet.

Pejuang kemerdekaan frekuensi 2.4 GHz, VOIP-Rakyat, dan Antena Wifi dari kaleng.

3. I Made Wiryana A.K.A Pak Made

Image

Cyber Paspampres nih, konon website dan server President SBY beliau yang pegang untuk maintenance dan keamanannya… (pernah digempur ampe DDos, namun dalam waktu itungan detik back-up server –ga tau dah back-up yang nomor berapa– langsung up).
Beliau juga pelopor perkembangan linux di indonesia bersama pak Rusmanto (redaktur Info Linux) and yangh pasti dia Dosen gw (GUNADARMA), menyelesaikan pendidikan di dua institusi pendidikan yaitu S1-Fisika Universitas Indonesia pada tahun 1991 dan S1-manajemen Informatika STIMIK Gunadarma tahun 1992 dan melanjutkan Magister di eidith cowan university Australia dan sejak tahun 2004 sampai sekarang sedang menyelesaikan program Doktoral di RVS Bielfield Jerman. Dan sekarang berdomisili di Jerman. Status pekerjaannya adalah Dosen Tetap universitas Gunadarma.

Sabtu, 01 Agustus 2009

Olimpiade Sains Nasional Pacu Proses Pendidikan di Daerah

Tradisi penyelenggaraan Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang digelar setiap tahun dapat dijadikan pemicu proses pendidikan di daerah. Terutama pada pendidikan yang terkait dengan mata pelajaran yang dikompetisikan.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Dirjen Mandikdasmen Depdiknas) Suyanto saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media Depdiknas, Jakarta, Jumat (31/07/2009) .

Suyanto mengatakan, seleksi peserta OSN dilakukan mulai dari tingkat kabupaten sampai dengan tingkat provinsi. Dia berharap, pada pelaksanaan OSN tahun ini kualitas para pemenang meningkat. "Para pemenang memiliki peluang yang besar untuk ikut serta dalam olimpiade internasional, " katanya.

Suyanto menjelaskan, penyelenggaraan OSN dimulai pada 2002 untuk jenjang SMA, sedangkan untuk jenjang SD dan SMP dimulai pada 2003. Mata pelajaran yang dilombakan pada jenjang SD pada saat itu adalah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada jenjang SMP mata pelajaran yang dilombakan adalah Matematika, Fisika, Biologi. Adapun pada jenjang SMA mata pelajaran yang dilombakan meliputi Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, dan Komputer. Khusus untuk jenjang SMA bidang Astronomi diperkenalkan pada 2005, bidang Ekonomi (2006), dan bidang Kebumian (2008).

Suyanto mengatakan, penyelenggaraan OSN bidang Ekonomi merupakan usulan dari Bank Indonesia. "Tujuannya supaya siswa - siswa kalau dia menjadi warga masyarakat dia bisa menjadi warga masyarakat yang secara ekonomi bisa mengelola kehidupan sehari - hari secara baik," katanya.

Lebih lanjut Suyanto mengatakan, bidang Kebumian dilombakan mengacu pada olimpiade tingkat internasional. Di samping itu, kata dia, kebumian memiliki relevansi dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana. "Kalau ini(bidang Kebumian) diikutsertakan saya kira mereka(peserta lomba) akan mencintai lingkungannya dan memahami ilmu yang terkait dengan bencana itu, sehingga dapat mempersiapkan diri kalau dia harus dievakuasi dan menyelamatkan diri," katanya.

Suyanto menyampaikan, kegiatan OSN VIII 2009 akan dilaksanakan pada 3 - 9 Agustus 2009. Pembukaan acara akan dilaksanakan di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta pukul 19.00 WIB. OSN akan diikuti oleh sebanyak 1.447 peserta terdiri atas 198 siswa SD/MI, 297 siswa SMP/MTs, dan 886 siswa SMA/MA se-Indonesia.

Bidang ilmu yang dilombakan pada OSN VIII tingkat SD/MI meliputi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan pada tingkat SMP/MTs meliputi Matematika, Fisika, dan Biologi. Adapun pada tingkat SMA/MA meliputi Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Komputer, Ekonomi, dan Kebumian.

Pelaksanaan OSN diselenggarakan di beberapa tempat di Kota Jakarta. Untuk tingkat SD/MI di Hotel Bumi Karsa. Sementara untuk tingkat SMP/MTs bidang Matematika di SMPN 29, bidang Fisika di SMPN 11 dan SMPN 19, dan Biologi di SMPN 19. Pada tingkat SMA/MA bidang Matematika dan Kebumian di SMAN 01, bidang Fisika, Biologi, dan Kimia di SMAN 70, bidang Astronomi dan Ekonomi di SMAN 01/STEKPI, dan Komputer di Universitas Indonesia. Khusus untuk SDLB/SD inklusi dilaksanakan di Hotel Grand Tropica, Jakarta.

Adapun penutupan dan pengumuman pemenang akan diselenggarakan pada Sabtu, 8 Agustus 2009, pukul 08.00 WIB di Hall C2 Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.

Jumat, 24 Juli 2009

Teknologi Pendidikan, Pendidikan dan Teknologi

Pendidikan (E-Education) dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan menggunakan teknologi untuk membantu pendidik, pelajar dan masyarakat.

Komputer dan Internet sudah diterima sebagai alat yang penting untuk komunikasi dan bisnis di Indonesia, sehingga sekarang menjadi hal yang penting pula untuk pendidikan Indonesia yang sedang mengalami reformasi maupun Guru Tahun 2007 (lihat survey). Tujuan-tujuan utama homepage ini adalah:

Memberikan kesempatan kepada sekolah dan universitas yang bisa menggunakan Internet untuk memberikan kontribusi dan menggunakan pengetahuan dari pihak lain (sharing).

Memberikan informasi mengenai pengembangan teknologi belajar secara lokal dan global.

Memberi kesempatan kepada pedagang (manufacturers dan suppliers) peralatan untuk mempromosikan produk mereka (dan harga khusus) kepada lingkungan pendidikan.

Membagi informasi kepada banyak sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kota maupun pusat pendidikan.

Selasa, 14 Juli 2009

Indonesia Kirim Mahasiswa Berprestasi ke Olimpiade Sains Internasional Tingkat Perguruan Tinggi 2009

Indonesia kembali mengirimkan mahasiswa berprestasi ke Olimpiade Sains Tingkat Perguruan Tinggi 2009. Sebanyak 14 mahasiswa akan mengikuti ajang kompetisi International Scientific Olympiad on Mathematics (ISOM) ke-10 dan International Scientific Olympiad on Chemistry (ISOC) ke-2 di Teheran, Iran pada 15 - 17 Juli 2009, serta International Mathematics Competition (IMC) ke-15 di Budapest, Hungaria pada 25 - 30 Juli 2009.

Tim yang akan berlaga membawa nama bangsa diterima Senin (13/07/2009) oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Gedung Dikti, Depdiknas, Jakarta.

Pada ajang IMC, Indonesia mengirim sebanyak empat mahasiswa. Mereka adalah Albert Gunawan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Yosafat EP Pangalelo dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Rudi Adha Prihandoko (ITB), dan Harun Immanuel dari Universitas Airlangga. Tim ditargetkan meraih second price.

Sementara pada ISOM di Iran, Indonesia mengirimkan sebanyak lima mahasiswa, yakni Muhammad Arzaki, Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Agung Ahkam dari Institut Tinggi Teknologi Telkom Bandung, Hadrian Andradi (UGM), Novi Murniati dari Universitas Indonesia, dan Ricky Aditya (UGM).

Adapun pada ajang ISOC ke-2 yang merupakan keikutsertaan pertama kali Indonesia mengirimkan sebanyak lima mahasiswa, yakni Muh. Zulqarnaen (ITB), R. Aditya Wibawa A (ITB), Habiburrachman (ITB), Tegar Nurwahyu Wijaya (ITB), dan Muh. Idham DM (UGM).

Fasli berharap, mahasiswa berhasil memenangkan lomba sebagai wakil Indonesia pada sebuah kompetisi yang sangat prestisius. "Menang itu penting, tetapi tidak segala - galanya. Paling penting adalah menimba pengalaman dan membina persahabatan antar peserta dari berbagai negara

IPDN dan STIA-LAN Teken MoU Sertifikasi Dosen dengan UGM

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi - Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) tentang Sertifikasi Dosen dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). IPDN akan mensertifikasi sebanyak 62 dosen, sedangkan STIA-LAN masing-masing dari STIA-LAN Jakarta, STIA-LAN Bandung, dan STIA-LAN Makassar akan mensertifikasi sebanyak 32 dosen.

Penandatanganan MoU dilakukan antara Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia UGM Ainun Na'im dengan perwakilan masing - masing perguruan tinggi disaksikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti Depdiknas) Fasli Jalal di Gedung Depdiknas, Jakarta, Senin (13/07/2009) .

Fasli mengatakan, selain guru besar, pimpinan perguruan tinggi memiliki kesempatan sama untuk mendapatkan hak - hak sebagai dosen profesional. "Hanya tugas - tugasnya saja yang dikecilkan dibandingkan dengan dosen. Untuk pimpinan sebetulnya tidak ada masalah tetap diikutkan dalam berbagai langkah - langkah (sertifikasi dosen) ini," katanya usai penandatanganan MoU.

Fasli mengungkapkan, melihat sejarah panjang pendidikan kedinasan dan kebutuhan di masa depan maka mudah - mudahan dengan Undang - Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) sudah bisa ada jalan keluarnya, sehingga nanti yang menjadi pendiri adalah Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dan menteri masing - masing atau Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)."Kementrian dan LPND menyusun siapa yang akan duduk di majelis wali amanat yang menjamin representasi dari pada departemen atau lembaga non-departemen tersebut," katanya.

Kemudian, lanjut Fasli, diharapkan nanti proses pemilihan pimpinan, masalah anggaran tahunan, dan perencanaan sudah dikelola penuh oleh majelis wali amanat bersama stakeholdersnya. "Saya sarankan kepada teman-teman di pendidikan kedinasan nanti tolong dipelajari template - template BHP Pemerintah dari pendidikan kedinasan ini. Kemudian berikan masukan sebelum nanti menjadi lampiran dari Permendiknas tentang bagaimana tahapan dari satuan pendidikan tinggi di kedinasan menjadi BHP Pemerintah," katanya.

Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas Muchlas Samani mengatakan, sertifikasi dosen sudah mulai dilaksanakan untuk perguruan tinggi di luar Depdiknas. Dia mengatakan, Depdiknas dalam hal ini berfungsi sebagai jembatan karena akan swadaya membiaya proses sertifikasinya. "Setelah dapat sertifikat juga akan membiayai tunjangannya masing - masing," katanya.

Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia UGM Ainun Na'im mengatakan, UGM mempunyai 180 assessor dan sudah melakukan assessment tahun lalu sebanyak hampir 300 orang dan pada 2009 akan melakukan sertifikasi sebanyak 400 orang. Dia mengatakan, assessor yang dimiliki UGM meliputi berbagai bidang ilmu baik ilmu alam maupun sosial humaniora. "Sehingga kami bisa membantu dan melaksanakan assessment untuk dosen - dosen di luar UGM khususnya yang disepakati hari ini adalah IPDN dan STIA. Ini adalah salah satu dari komitmen kami untuk bersama-sama mengembangkan lembaga pendidikan di Indonesia," katanya.

Ketua STIA-LAN Jakarta Johanes Basuki mengatakan, STIA-LAN telah berkomitmen bahwa setelah diakreditasi akan melakukan sertifikasi dosen dan guru besar. Dia menyebutkan, saat ini STIA-LAN telah memiliki sebanyak sembilan guru besar yang sudah disertifikasi. "Untuk tahap pertama dari sebanyak 32 dosen yang akan disertifikasi masing - masing sebanyak 17 dosen dari STIA-LAN Jakarta, sembilan dosen dari STIA-LAN Makassar, dan enam dosen dari STIA-LAN Bandung,

Jadwal Olimpiade Sains Internasional 2009

01/11/2009

Informasi Jadwal Olimpiade Sains Internasional 2009.

Sumber
http://www.dikmenum.go.id/

penelitian, pengembangan, dan gagasan inovatif pendidikan

intro
Tema
Peningkatan mutu, relevansi, dan tata kelola pendidikan nasional berdasarkan pemanfaatan hasil-hasil penelitian, pengembangan, dan gagasan inovatif pendidikan

Peserta
Peneliti dari Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian Pemerintah dan Swasta/ lembaga Swadaya Masyarakat, Peneliti Individu (dosen, guru), Pemerhati Pendidikan, dan Lembaga/Badan-Badan Internasional di Bidang Pendidikan
Hotel Millenium, Jakarta
4 - 6 Agustus 2009
Pengumuman :
Berikut adalah daftar makalah yang akan disajikan dan makalah yang disajikan dalam bentuk Poster Session :
  1. Makalah yang disajikan
  2. Poster session
Bagi makalah yang lolos, penulisnya diundang untuk menyajikan dalam simposium dengan biaya panitia (untuk satu orang). Pembiayaan yang ditanggung oleh Panitia meliputi: transport dengan rute terpendek kelas ekonomi (bila dengan pesawat terbang), konsumsi, akomodasi, seminar kit, dan sertifikat. Bagi pemakalah yang ditetapkan sebagai peserta poster session, panitia hanya menanggung konsumsi, seminar kit, dan sertifikat (untuk satu orang).

Rabu, 08 Juli 2009

120 Tenaga Kependidikan Ikuti Pelatihan Kepemimpinan di Singapura

Sebanyak 120 orang tenaga kependidikan yang terdiri atas para kepala sekolah, pengawas, dan widyaiswara dikirim ke National Institute of Education, Singapura untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan. Selama 10 hari, mulai 23 Juni sampai dengan 5 Juli 2009 mereka akan disiapkan untuk menjadi master trainer. Program ini merupakan kerjasama antara Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Yayasan Temasek, dan National Institute of Education, Singapura.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi mengatakan, upaya meningkatkan tata kelola pendidikan merupakan salah satu program strategis pengembangan pendidikan di Indonesia. Kepala sekolah, kata dia, adalah kunci dan merupakan posisi strategis untuk meningkatkan tata kelola yang baik dan efektif di sekolah. "Tujuan program ini adalah untuk mengurangi gap (kesenjangan) kompetensi para kepala sekolah di Indonesia," katanya pada peluncuran program Educational Leadership Programme for Indonesia di Gedung Depdiknas, Jakarta, Senin (22/06/2009) .

Baedhowi mengatakan, melalui program ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi para kepala sekolah untuk memenuhi standar kompetensi kepala sekolah sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.13/2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Dia menyebutkan, mengacu pada peraturan ini, kepala sekolah disyaratkan sedikitnya memiliki lima macam kompetensi, yakni kepribadian, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan, agar dapat mewujudkan manajemen berbasis sekolah yang efektif untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. "Saya yakin program ini akan meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia terutama untuk meningkatkan tata kelola pendidikan yang baik dan efektif," katanya.

Direktur Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK Depdiknas Surya Dharma mengatakan, usai mengikuti pelatihan, para tenaga kependidikan ini akan melatih sebanyak 900 orang di tingkat provinsi. Selanjutnya, kata dia, pelatih di tingkat provinsi akan melatih sebanyak 27.000 kepala sekolah di seluruh Indonesia. "Fokus program ini adalah kepemimpinan di sekolah," katanya.

Principal Officer National Institute of Education (NIE), Singapura Associate Professor Quek Jin Jong mengatakan, kerja sama antara NIE dan Depdiknas telah ada sejak 2007. Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kerja sama di bidang manajemen kependidikan dan pelatihan kepemimpinan. Dia menyebutkan, program kerja sama pada saat itu dimulai dengan pelatihan bagi sebanyak 115 partisipan dari Indonesia. Menurut dia, pada era ekonomi global yang didorong oleh pengetahuan dan inovasi, kualitas sistem pendidikan tidak pernah lebih penting. "Di Singapura, pemimpin dan guru yang kuat adalah kunci dalam menyelenggarakan sistem pendidikan yang sukses," katanya.

Ketua Yayasan Temasek Goh Geok Khim mengatakan, program ini diselenggarakan untuk mendukung Depdiknas guna meningkatkan kapabilitas pengembangan guru sekolah secara nasional pada tahun 2010. Dia menyebutkan, yayasan Temasek memberikan bantuan sebanyak Rp.5,7 miliar bagi terselenggaranya program ini."Yayasan Temasek juga mendukung program sejenis di Vietnam

Senin, 06 Juli 2009

Persentase Kelulusan UN Naik 2009

Persentase kelulusan Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2008/2009 secara nasional mengalami kenaikan. Untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) persentase kelulusan pada tahun 2009 mencapai 94,82 persen naik 2,06 persen dari sebelumnya pada tahun 2008 92,76 persen.

"Rerata nilai ini(UN SMP/MTs) naik 0,46. Pada tahun 2008 nilai reratanya adalah 6,87, sedangkan pada tahun 2009 menjadi 7,33," kata Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (Ka BSNP) Mungin Eddy Wibowo saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Senin (22/06/2009) .

Mungin menyebutkan, persentase kelulusan jenjang sekolah menengah atas(SMA)/Madrasah Aliyah(MA) pada 2009 mencapai 93,74 persen naik 2,42 persen dari sebelumnya pada tahun 2008 91,32 persen. "Rerata nilai UN SMA/MA naik sebanyak 0,04 dari 7,21 pada tahun 2008 menjadi 7,25 pada tahun 2009," katanya.

Adapun persentase kelulusan jenjang sekolah menengah kejuruan(SMK) pada 2009 mencapai 93,85 persen naik 1,27 persen dari sebelumnya pada tahun 2008 92,58 persen. Mungin menyebutkan, rerata nilai UN SMK naik 0,34 dari 7,10 pada tahun 2008 menjadi 7,44 pada tahun 2009.

Mungin mengatakan, perkembangan UN dari tahun ke tahun UN selalu naik meskipun kriteria kelulusan juga dinaikan. Menurut dia, indikator keberhasilan tergantung pada berbagai macam hal yaitu motivasi belajar dari peserta didik yang meningkat. "Kemudian dukungan dari orangtua dan guru. Tentunya bisa mengupayakan bagaimana agar di dalam menghadapi UN betul - betul dia (siswa) bisa mencapai suatu keberhasilan secara baik," katanya.

Mungin menambahkan, untuk jenjang SMA negeri tingkat kelulusannya 91,36 persen, sedangkan untuk swasta 95,14 persen. Adapun untuk SMP negeri tingkat kelulusan mencapai 94,66 persen, sedangkan SMP swasta mencapai 95,32 persen. "Jadi ini(tingkat kelulusan) memang tentunya menjadi suatu perhatian mengapa swasta lebih tinggi daripada negeri," katanya.
Mungin menyampaikan, BSNP telah menyelenggarakan UN SMA/MA dan SMK pada 20 - 24 April 2009, serta UN SMP/MTs pada 27 - 30 April 2009. Dia menyebutkan, jumlah peserta UN SMA/MA sebanyak 1.517.013 siswa, sedangkan peserta UN SMK sebanyak 706.832 siswa. Adapun jumlah peserta UN SMP/MTs sebanyak 3.437.117 siswa.

Koordinator Penyelenggara UN Djemari Mardapi menambahkan, kenaikan nilai UN terjadi karena ada perbaikan pembelajaran di kelas. Selain itu, kata dia, sosialisasi yang dilakukan lebih awal. "Kisi – kisi (soal) sudah dikirimkan ke daerah. Jadi kisi - kisi itu bisa dikembangkan oleh masing - masing guru," katanya.

Lebih lanjut Djemari mengatakan, sesama guru bahu membahu saling membantu dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik. "Guru yang baik bersafari ke guru yang kurang baik," katanya.

Mata pelajaran yang diujikan untuk SMA/MA Program IPA terdiri atas enam mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi. Untuk SMA/MA Program IPS mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi. Untuk SMA/MA Program Bahasa mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Indonesia, Sejarah Budaya/Antropologi, dan bahasa asing (sesuai pilihan).

Adapun mata pelajaran yang diujikan untuk SMK meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan kompetensi keahlian, sedangkan untuk SMP/MTs/SMP Luar Biasa ada empat mata pelajaran yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sementara untuk SMA Luar Biasa mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika

Sabtu, 04 Juli 2009

UN Paket C 2009 Digelar

Ujian Nasional (UN) Paket C 2009 periode pertama akan digelar mulai besok, Selasa (23/06/2009) sampai dengan Jumat (26/06/2009) , sedangkan UN Paket A dan Paket B akan diselenggarakan pada 1 - 3 Juli 2009. Sementara pada periode kedua tahun 2009 untuk UN Program Paket C dilaksanakan pada 10 - 13 November 2009, sedangkan UN untuk Program Paket A dan B dilaksanakan pada 18 - 20 November 2009.

Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (Ka BSNP) Mungin Eddy Wibowo saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Senin (22/06/2009) .

Mungin menyebutkan, peserta UN berasal dari peserta didik reguler Program Paket A, Paket B, dan Paket C yang mengikuti pembelajaran di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) atau kelompok belajar yang lain. Selain itu, peserta didik yang pindah jalur dari pendidikan formal ke pendidikan nonformal kesetaraan. Dia mencontohkan, siswa yang tadinya duduk di kelas 2 SMP lalu pindah jalur ke program Paket B. "Tetapi(peserta UN) juga bisa (dari) yang tidak lulus UN formal. Dia bisa mengikuti program apakah Paket B atau C, asal dia pindah jalur lebih dulu maka dia terdaftar sebagai peserta ujian program Paket B atau program Paket C," katanya.

Mungin menyebutkan, jumlah peserta ujian program Paket A, Paket B, dan Paket C reguler belum termasuk dari siswa pindah jalur adalah sebanyak 504.598 siswa terdiri atas peserta Paket A sebanyak 22.631 siswa, peserta Paket B sebanyak 235.952 siswa, dan peserta Paket C sebanyak 246.015 siswa.

Adapun mata pelajaran yang diujikan untuk program Paket C IPS meliputi Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Sosiologi, Geografi, Bahasa Indonesia, dan Ekonomi, sedangkan untuk program Paket C IPA diujikan Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, Fisika, dan Matematika.

Sementara program Paket B mengujikan Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam, sedangkan untuk Program Paket A mengujikan Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Matematika.

Tempat pelaksanaan UN untuk Program Paket A, B, dan C dilaksanakan si SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK atau tempat lain yang bukan tempat penyelenggaraan pendidikan kesetaraan.

Mungin menyebutkan, peserta UN untuk Program Paket A, B, dan C dinyatakan lulus jika memiliki nilai rata - rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak tiga mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. "Penyelenggara tingkat kabupaten/kota mengumumkan Daftar Nilai Hasil Ujian Nasional (DNHUN) paling lambat 30 hari terhitung mulai tanggal selesainya pelaksanaan ujian

Kamis, 02 Juli 2009

Bantuan Dana bagi Penulis Buku (Pusbuk Depdiknas)

Guna mendorong penulis supaya lebih termotivasi untuk menulis buku, pemerintah memberikan bantuan dana. Pada 2009, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (Pusbuk Depdiknas) menganggarkan bantuan kepada penulis buku sebanyak Rp.2 milyar untuk 500 judul buku. Upaya ini dilakukan untuk menyediakan buku yang bermutu dan sesuai standar nasional.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika mengatakan, bantuan insentif ini merupakan langkah konkret pemerintah bagi para penulis buku yang memerlukan dana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bahan tulisan dan menulis awal. "Kita sediakan blockgrant subsidi kepada rekan - rekan penulis buku," katanya usai membuka pameran Hari Buku Se Dunia dan Hari Buku Nasional 2009 di Plaza Depdiknas, Jakarta, Jumat (19/06/2009) .

Dodi menyampaikan, bantuan ini tidak hanya dikhususkan untuk menulis buku teks pelajaran, tetapi akan digunakan untuk buku pengayaan. Depdiknas, kata dia, juga membeli dan membantu penerbitan serta pengedaran majalah sastra Horison. "Negara besar seperti ini hanya punya satu majalah sastra yaitu majalah Horison, sedangkan negara kecil lain punya tiga sampai empat," katanya.

Dodi menyebutkan, saat ini perbandingan membaca mencapai 1/3 per siswa per tahun. Menurut dia, kendala yang dialami adalah masalah budaya, kesenangan, minat, dan kendala teknis seperti buku belum tersedia dengan mudah, harganya belum murah, dan di perpustakaan belum tersedia dengan baik. "Daerah terpencil, perbatasan, dan di pulau terluar sulit membeli buku. Toko buku juga jarang di kota - kota kecil di Indonesia," katanya.

Terkait upaya untuk menurunkan harga buku, Pemerintah, kata Dodi, berusaha mulai dengan membuat Undang-Undang Perpustakaan, menyusun Undang - Undang Perbukuan, dan program membeli hak cipta buku. "Sebanyak 400 lebih buku sudah dibeli oleh pemerintah dengan harga cukup mahal miliaran rupiah totalnya. Kemudian, dibagikan hak ciptanya, boleh digandakan, disebarkan, dijualbelikan kepada masyarakat, sehingga teman - teman di daerah terpencil sekarang sudah bisa menggandakan dan mengkopi tanpa harus terkena oleh royalti atau hak cipta itu," katanya.

Kepala Pusat Perbukuan Depdiknas Sugijanto mengatakan, bantuan ini diberikan kepada para penulis buku yang pernah mengajukan penulisan ke Depdiknas, yaitu penulisan buku teks pelajaran yang tidak lulus seleksi. Selain itu, kata dia, bantuan diberikan bagi penulis buku sayembara. "Kita prioritaskan untuk daerah di luar Jawa. Kita berikan bantuan 70 persen untuk luar Jawa dan 30 persen untuk dalam Jawa," katanya.

Sugijanto mengatakan, bantuan dana berupa uang digunakan untuk memperbaiki bahan yang telah diajukan untuk meningkatkan penulisan yang akan datang. Untuk satu buku teks pelajaran, untuk setiap tulisan diberikan bantuan sebanyak Rp.4 juta. Dia mencontohkan, jika satu penulis mengajukan tiga judul akan mendapatkan bantuan sebanyak Rp.12 juta. "Satu penulis bisa dapat (bantuan) tiga tulisan itu

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008